Keandalan sebuah SPD berkat pengoptimalisasi pola operasi dan juga dukungan antara sesi pemeliharaan dan operasi.
PT PLN (PERSERO) WILAYAH NTT
AREA FLORES BAGIAN TIMUR
TELAAHAN STAF
NAMA :
ALFODIO REYNALDO NGGOLUT
NO.TEST : 2400004
JABATAN : SISWA OJT
JUDUL :
OPTIMALISASI
POLA OPERASI
UNTUK MENINGKATKAN
EFISIENSI PEMBANGKITAN
TAHUN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : OPTIMALISASI POLA OPERASI
UNTUK MENINGKATKAN
EFISIENSI PEMBANGKITAN
NAMA : ALFODIO REYNALDO NGGOLUT
NO.TEST : 2400004
JABATAN :
SISWA OJT
| ||||
| |||
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul “OPTIMALISASI POLA OPERASI UNTUK MENINGKATKAN
EFISIENSI PEMBANGKITAN”.
Banyak
bantuan serta bimbingan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan
laporan kegiatan ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
2. Ibu Tige
B. Kale, selaku Manajer PT. PLN (Persero) Area Flores Bagian Timur.
3. Bapak
Philipus Fernandes, selaku Asman Pembangkit PT. PLN (Persero) Area Flores
Bagian Timur.
4. Bapak
Isakh Aliasar, sebagai Manajer Pusat Listrik Maumere dan sebagai mentor dari
penulis.
5. Bapak I
Made Agus Riadi, sebagai Supervisor Harkit Pusat Listrik Maumere
6. Bapak Halludin,
sebagai Supervisor Opkit Pusat Listrik Maumere
7. Seluruh
pegawai di bagian Harkit dan Opkit, Outsourching
dan rekan OJT di PT. PLN (Persero) Pusat
Listrik Maumere.
Segala
kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan Laporan
Pelaksanaan OJT ini. Semoga Laporan Pelaksanaan OJT ini bermanfaat bagi kita
semua.
|
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
..............................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
...... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
v
DAFTAR GRAFIK ...........................................................................................
vi
ABSTRAK ........................................................................................................
vii
BAB
I. LATAR BELAKANG ...........................................................................
1
BAB
II. PERMASALAHAN .............................................................................
2
BAB
III. PERSOALAN ....................................................................................
3
BAB
IV. PRA ANGGAPAN .............................................................................
4
BAB V. FAKTA YANG MEMPENGARUHI ................................................
5
5.1 Pengoperasian SPD ........................................................................ 5
5.2 Pola
Operasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ........................... 6
5.3 Umur Mesin ...................................................................................
7
5.4 Nilai SFC ....................................................................................... 7
5.5 Peraturan
Pemerintah ....................................................................
8
5.6 SK Direksi PLN
............................................................................ 8
5.7 Target Kinerja
...............................................................................
9
BAB VI. PEMBAHASAN
............................................................................. 10
6.1. Langkah – langkah peningkatan efisiensi mesin
pembangkit ..... 10
6.2. Keuntungan
dari pembuatan dan pelaksanaan Pola Operasi
. Secara konsisten ................................................................................... 13
BAB VII KESIMPULAN ...............................................................................
15
BAB VIII TINDAKAN YANG DISARANKAN ......................................... 16
REFERENSI
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Trget Kinerja Pusat ListrikMaumere
.................................................... 9
Tabel 6.1 Data Mesin dan Nilai SFC
................................................................... 10
Tabel 6.2 Data Mesin dan Nilai SFC berdasarkan
Prioritas ................................ 11
Tabel 6.3 Tabel Pola Operasi Lama
..................................................................... 12
Tabel 6.4 Tabel Pola Operasi Baru
...................................................................... 12
Tabel 6.5 Tabel Nilai Tambah Dari Perbaikan Pola
Operasi ............................... 13
DAFTAR GRAFIK
Gambar 6.1 Grafik
Beban Harian
....................................................................... 11
ABSTRAK
Untuk mengukur
mutu kinerja suatu pembangkit listrik tenaga diesel, khususnya Efisiensi
pemakaian bahan bakar digunakan
parameter Specific fuel Comsumption (SFC). Biaya operasi terbesar dari sebuah PLTD adalah penyediaan bahan bakar minyak. Melihat kondisi tersebut, sebagaimana halnya di Pusat Listrik
Maumere diperlukan suatu
terobosan penghematan biaya operasi melalui suatu kajian dan analisa
untuk dapat mencapai nilai ekonomis dari pemakaian bahan bakar mesin yang
optimal dan efisien, salah
satunya adalah dengan optimalisasi pola operasi mesin pembangkit.
Dengan perencanaan dan penerapan pola operasi
yang mengacu pada urutan prioritas SFC masing – masing mesin pembangkit yang dilaksanakan
secara konsisten dan berkesinambungan serta didukung dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang berkompeten
, maka efisiensi pemakaian BBM dapat tercapai.
Kata kunci : Pola
Operasi, SFC, efisiensi.
BAB I
LATAR
BELAKANG
Pengoperasian
pembangkit tenaga listrik
yang handal dan efisien akan menunjang
pelayanan yang prima kepada semua konsumen pemakai jasa kelistrikan. Untuk menjaga
keandalan dan efisiensi suatu
pembangkit maka perlu disusun suatu perencanaan sistem kelistrikan baik dari
segi operasi, pemeliharaan maupun
menyiapkan mutu dan kualitas Sumber Daya Manusia yang kompeten sesuai
bidangnya.
Pusat Listrik Maumere merupakan PLTD terbesar
di PT. PLN (Persero) Area Flores Bagian Timur,
dengan beban puncak sistem kurang lebih 10.480 KW dengan daya mampu pembangkit sebesar
10.950 kW terdiri dari pembangkit milik PLN 4.450 kW dan pembangkit sewa 6.500
kW. Untuk mengukur mutu kinerja suatu pembangkit
listrik tenaga diesel, khususnya Efisiensi pemakaian bahan bakar digunakan parameter Specific fuel Comsumption (SFC), Efisiensi merupakan suatu hal yang
penting karena menyangkut biaya operasi. Biaya operasi
terbesar dari sebuah PLTD adalah penyediaan bahan bakar minyak. Oleh karena itu untuk membantu meningkatkan efisiensi pemakaian Bahan Bakar dalam pengoperasian
Sistem Pembangkit Diesel (SPD) di Pusat Listrik Maumere, penulis membuat / menyusun dan
menerapkan SOP Pola Operasi mesin pembangkit yang lebih efisien sesuai
urutan SFC masing – masing unit mesin pembangkit terhadap fluktuasi beban sistem
di Pusat Listrik Maumere.
BAB II
PERMASALAHAN
Biaya
Operasi yang terbesar dibidang pembangkitan adalah biaya pembelian bahan bakar.
Kenyataan ini tidak disertai
dengan SDM operator mesin pembangkit yang berkompeten dibidang tugasnya serta penerapan
pola operasi mesin yang kurang tepat dan kurangnya pengawasan sehingga strategi
yang telah dibuat oleh manajemen tidak dapat dilaksanakan dengan konsisten. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan suatu
terobosan dalam upaya penghematan biaya dibidang pembangkitan melalui suatu kajian dan analisa untuk dapat mencapai nilai ekonomis dari
pemakaian bahan bakar mesin yang optimal dan efisien.
BAB III
PERSOALAN
Sumber Daya Manusia yang terbatas serta kurangnya pemahaman
tentang Pola Operasi mesin dimana dalam melaksanakan pekerjaan pengoperasian
mesin operator masih melakukan berdasarkan kebiasaan lama yang cenderung
mengoprasikan mesin yang mudah dijalankan dan berdaya mampu besar namun
dibebani di bawah 70 % dari daya mampu tanpa memperhatikan fluktuasi beban sistem dan nilai ekonomis. Tenaga operator
mesin di PLM didominasi oleh tenaga outsourching dimana dari segi pengetahuan
mengenai pengoperasian mesin masih kurang.
Disamping
itu, tingginya volume gangguan
jaringan berdampak pada borosnya pemakaian BBM. Ketika penyulang trip, terjadi
beban tanggung pada mesin pembangkit dibawah 70% akibat berkurangnya beban
sistem. Start stop mesin menjadi berulang – ulang bila gangguan jaringan sampai
menyebabkan Black Out. Oleh karenanya
disamping pembenahan disisi jaringan, disisi pembangkitpun dibuat pola operasi
mesin menurut skala prioritas berdasarkan SFC
masing – masing mesin untuk mendapatkan pola operasi yang lebih efisiensi
akibat fluktuasi beban terhadap penghematan pemakaian BBM / biaya operasi.
.
BAB IV
PRA ANGGAPAN
Penghematan biaya operasi pembangkit dalam
bentuk
efisiensi dan keandalan suatu pembangkit, haruslah dibuat suatu perencanaan
pola operasi untuk setiap mesin pembangkit pada sebuah PLTD. Perencanaan pola
operasi mesin ini berdasarkan kepada faktor daya mampu setiap SPD, jam operasi
SPD, fluktuasi beban
sistem yang harus dipikul PLTD, umur mesin dan nilai ekonomis mesin
(SFC).
Pada
setiap PLTD yang menjadi salah satu perhatian utama adalah penurunan nilai SFC, menerapkan pola operasi yang efisien
dan konsisten dengan pertimbangan beberapa faktor diatas, serta fokus
pada pemecahan dan penyelesaian masalah –
masalah yang terjadi, akan berdampak pada
hasil kinerja yang baik sesuai
yang diharapkan.
BAB
V
FAKTA
YANG MEMPENGARUHI
5.1. PENGOPERASIAN SPD
Mengoperasikan suatu SPD haruslah
mengikuti S.O.P (Standard Operation Procedure) dari pembuatnya, agar dapat
bekerja aman, efisien dan optimal sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu
yang telah ditentukan sesuai desain pabrik pembuat mesin tersebut.
Karena itu prinsip pengoperasian
PLTD secara umum dapat dikatakan sama, yaitu mengikuti procedure / langkah –
langkah yang harus dikerjakan sesuai dengan S.O.P SPD yang bersangkutan.
Kalaupun terjadi perbedaan langkah kerjanya, itu hanya terletak pada sistim :
1.
Alat
bantu.
2.
Urutan
pelaksanaan.
3.
Parameter.
4.
Proteksi.
Perbedaan tersebut juga disesuaikan
dengan jenis, dimensi dan merk serta kapasitas dari pabrik pembuat SPD
tersebut.
Pengoperasian PLTD kegiatannya
terdiri dari :
1.
Persiapan.
2.
Menghidupkan
/ start up mesin.
3.
Mempararel
/ membebani.
4.
Pemantauan
dan Pengendalian / Monitoring.
5.
Mematikan
mesin / shoot down.
Pada dasarnya motor diesel mampu
beroperasi di semua kondisi beban pada periode tertentu, baik itu pada kondisi
overload maupun pada kondisi kerjanya. Pada kondisi overload dapat
mengakibatkan overheating yang dapat membuat engine mengalami kerusakan (Calder,Nigel
1992). Pada kondisi ini dapat mengakibatkan berkurangnya Time Between
Overhoul (TBO) atau dapat mengurangi life time dari motor diesel,
sehingga kondisi overload sebisa mungkin dihindari dalam pengoperasian motor
diesel. Untuk dapat memperpanjang lama pemakaian dari motor diesel maka
pengoperasiannya dilakukan pada continuous power-nya. Continuous power merupakan kemampuan engine untuk
mampu memenuhi daya yang dibutuhkan secara konstan. Pada kondisi ini tidak terjadi adanya overheating
sehingga komponen-komponen motor diesel dapat bertahan lebih lama. Sehingga
waktu interval motor diesel untuk overhoul bisa lebih lama. Namun sebaliknya
jika pengoperasiannya tidak dilakukan pada continuous power-nya akan
menyebabkan terjadi overheating sehingga komponen-komponen motor diesel tadak
dapat bertahan lebih lama. Overheating ini sering terjadi karena pola operasi
yang tidak dijalankan secara konsisten sehingga suatu mesin beroperasi melebihi
batas jam kerjanya.
5.2
Pola Operasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Performance
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dipengaruhi faktor pengoperasian Satuan
Pembangkit Diesel (SPD). Untuk dapat mempertahankan/meningkatkan performance
PLTD maka dalam pengoperasian PLTD harus menerapkan Sistem Informasi
Operasional PLTD yang mempergunakan sub sistem feedback yaitu Pola Operasi PLTD. Pola Operasi PLTD merupakan
susunan Satuan Pembangkit Diesel (SPD) untuk memikul beban dasar (base load) dan beban puncak (peak load) berdasarkan tingkat
effisiensi dan keandalan SPD. Dalam penyusunan Pola Operasi PLTD diperlukan
analisa data-data, informasi dan pengetahuan baik interen maupun eksteren dan
manajemen pengetahuan untuk memprediksi pencapaian kinerja/performance PLTD (output), jadi Pola Operasi PLTD merupakan alat controlling untuk mempertahankan/memperbaiki
output yaitu performansi PLTD.
Data-data, informasi dan pengetahuan operasi, pemeliharaan dan administrasi
baik internal maupun eksternal bulan bersangkutan merupakan dasar analisis
penyusunan Pola Operasi bulan berikutnya. Tujuan penerapan Pola Operasi PLTD
adalah :
1. Dapat mempertahankan Performance/kinerja PLTD
2. Pemeliharaan perediktif SPD dapat dilaksanakan lebih
optimal.
3. Jam operasi SPD dapat direncanakan, sehingga
pemeliharaan periodik dapat dilaksanakan tepat waktu.
Namun jika
pola operasi mesin yang tidak dilaksanakan dengan konsisten akan berdampak
buruk terhadap mesin itu sendiri, karena seringnya mesin beroperasi melebihi
batas jam kerjanya dan akan menyebabkan terjadinya overheating menyebabkan
komponen – komponen mesin menjadi tidak tahan lama, demikian juga jika pola
operasi mesin yang tidak dilaksanakan dengan konsisten maka jadwal pemeliharaan
periodik tidak akan dapat dilaksankan
tepat waktu sehingga ini akan berdampak pada performa mesin itu sendiri, hal
ini yang akan berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan pada mesin diesel.
5.3
Umur Mesin
Masa operasi mesin diesel terbatas, karena bila telah
berakhir umur ekonomisnya suatu engine, biasanya mudah rusak dan rentan terjadi
gangguan. Mesin yang sudah tua, suku cadang material dipasaran sulit
didapat dan sudah jarang untuk mendapatkan mateial yang asli, sebagian
menggunakan material rekondisi sehingga hasil yang didapat tidak optimal
kondisi ini juga akan berpengaruh pada jam operasi mesin.
5.4
Nilai SFC
Rata
– rata mesin yang sudah tua tahun pembuatan dibawah 2000, spesifikasinya mesin pada waktu dibuat
tidak mengedepankan nilai ekonomis dari
pemakaian bahan bakar namun lebih kepada keadalan dari mesin itu sendiri.
Seiring dengan semakin berkurangnya persedian HSD yang merupakan sumber daya
alam tak terbarukan dan tuntutan penghematan penggunaan bahan bakar maka mesin
yang dibuat diatas tahun 2000 spesifikasi yang dibuat mempertimbangkan semua
aspek baik keandalan, ekonomis, kenyamanan, operasi yang dilengkapi dengan
proteksi.
5.5 PERATURAN
PEMERINTAH
Sesuai
dengan Pasal 25
ayat 3 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1989, tentang
penyediaan dan pemanfaatan
Tenaga Listrik, yang menyatakan bahwa
sebagai pemegang Kuasa
Usaha Ketenaga Listrikan maka
PLN diwajibkan untuk :
a. Memberikan pelayanan
yang baik
b. Menyediakan Tenaga Listrik
secara terus menerus
dengan mutu dan keandalan
yang baik.
c. Memberikan perbaikan apabila
terjadi gangguan pada
penyaluran tenaga listrik.
d. Bertanggung jawab atas
segala kerugian atau
bahaya terhadap nyawa,
kesehatan dan barang
yang timbul karena
kelalaiannya.
Disamping
itu, sesuai dengan
pasal 6 ayat
1 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1990 ditegaskan
pula bahwa penyelenggaraan penyediaan tenaga
listrik tersebut, PT. PLN
(Persero) harus mempertimbangkan prinsip - prinsip ekonomi. Untuk memenuhi
kewajiaban diatas, maka
diharuskan melaksankan pemeliharaan terhadap
unit pembangkit dan
saran penunjangnya dengan
baik dan benar.
5.6
SK DIREKSI PLN
a.
No. 003.K/0594/DIR/1994 tanggal : 03 Agustus 1994 tentang Manajemen
Pemeliharaan Pusat Listrik.
b.
No. 061.K/0594/DIR/1994 tanggal : 22 Agustus 1995 tentang Manajemen
Pemeliharaan Pusat Listrik.
5.7
TARGET KINERJA
Adapun Target kinerja yang menjadi tanggung jawab Pusat Listrik Maumere
untuk periode tahun 2014 yang harus dicapai adalah sebagaimana tabel 5.1
dibawah ini.
No
|
U
r a i a n
|
Sat
|
Target
2014
|
Keterangan
|
1
|
Pemakaian BBM
|
Ltr/klcal
|
12.140.580.00
|
|
2
|
Tara Kalor
|
%
|
2451,88
|
|
3
|
EAF
|
Ltr
|
96,27
|
|
4
|
Fuel Mix
|
%
|
100
|
|
5
|
Kapasitas Maksimal
|
MW
|
6.3
|
|
Tabel 5.1 Tagert kinerja Pusat Listrik Maumere
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
Langkah – Langkah Peningkatan Efisiensi Mesin Pembangkit
6.1.1. Perencanaan Pola Operasi
1. Uji petik nilai SFC
Uji
petik nilai SFC dilakukan pada masing – masing mesin dengan beban 79 – 80
% dari daya mampu mesin.
2. Menyusun urutan prioritas SFC
Pada tabel 6.1 di bawah menunjukkan data mesin
dan nilai SFC Pusat Listrik Maumere yang diambil pada bulan Juni 2014, dari data tersebut dapat
memberikan informasi mengenai daya terpasang, daya mampu dan nilai SFC yang
dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan Pola Operasi mesin, agar lebih mudah
untuk menyusun Pola Operasi, maka di buat tabel 6.2 urutan mesin berdasarkan
prioritas SFC, dari nilai SFC yang terendah sampai yang tertinggi.
Tabel 6.1 Data Mesin dan Nilai SFC di PLM
Sumber : Laporan
Mutu, Keandalan, Serta Efisiensi Pembangkit Juni 2014
Tabel 6.2 Data Mesin dan Nilai SFC berdasarkan
prioritas SFC
Sumber : Data Uji Petik SFC tiap mesin
3. Data Grafik
Beban Harian
Data grafik beban harian dan
bulanan, beban puncak yang paling tinggi
siang dan malam dipakai sebagai patokan dalam pembuatan pola operasi dari jam
00.00 sampai dengan jam 24.00, tentukan mesin yang memikul beban dasar dan
mesin jadi tambahan, disesuaikan dengan mengikuti kebutuhan beban sistem.
Pengaturan sesuai dengan urutan nilai ekonomis dan daya mampu beban harus dipikul tiap mesin
yang dikaitkan dengan beban sistem tujuannya agar mendapatkan operasi yang
paling ekonomis, juga memudahkan menentukan mesin yang pantas dan yang tidak
perlu beroperasi.
Gambar 6.1 Grafik Beban Harian
4.
Perbandingan Pola Operasi Sebelum Dan Sesudah
Tabel : 6.3 Pola Operasi Lama
Tabel : 6.4 Pola Operasi Baru
6.2
Keuntungan Dari Pembuatan Dan Pelaksanaan Pola
Operasi Secara konsisten.
Dari tabel Pola Operasi
tabel 6.3 dan 6.4 diatas dapat diambil sebuah perbandingan keuntungan dengan
pembuatan Pola Operasi yang baik dan dijalankan
secara konsisten, dengan perhitungan penghematan pemakaian BBM sebagai berikut
:
Tabel
6.5 Nilai tambah dari perbaikan Pola Operasi
Dari tabel 6.5 diatas penghematan
pemakaian BBM dengan Optimalisasi Pola Operasi di peroleh sebesar 375,8 liter
perhari. Dengan asumsi harga BBM perliter Rp. 10.000 maka didapati penghematan
perhari = 375,8 ltr X Rp. 10.000 = Rp.3.758.000
6.3 Peningkatan
Sumber Daya Manusia
Untuk
mendapatkan efisiensi dan keandalan
suatu pembangkit, tidak dapat dicapai hanya dengan perbaikan sistem perencanaan disisi operasi
maupun sisi pemeliharaan, namun yang tidak kalah pentingnya adalah peran operator/pelaksana
lapangan dalam hal ini adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten serta
konsisten dalam melaksanakan pekerjaan kesehariannya. Oleh karena itu perlu diambil langkah – langkah untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan Operator melalui Pendidikan dan Pelatihan yang
memadai, demikian pula perlu ditingkatkan pelaksanaan Coaching dan mentoring antara operator dengan
Supervisor Operasi tentang pengoprasian mesin PLTD. Dengan langkah – langkah tersebut diharapkan kompetensi operator
meningkat dan penerapan pola operasi dapat terlaksana sesuai dengan harapan
serta efisiensi dan keandalan pembangkit tercapai.
BAB VII
KESIMPULAN
- Penyusunan Pola Operasi dengan prioritas urutan nilai Spesific Fuel Consumption (SFC) tiap mesin dapat menekan pemakaian bahan bakar minyak.
- Tingkat keterampilan dan pengetahuan operator terbatas, dan masih jauh dari kompetensi yang diharapkan, dimana sebagian besar operator masih bekerja berdasarkan kebiasaaan dan cenderung mengabaikan SOP.
BAB VIII
TINDAKAN YANG DISARANKAN
1. Laksanakan
Pola Operasi mesin pembangkit dengan
konsisten dan berkesinambungan untuk pencapaian efisiensi pemakaian BBM sesuai
yang diharapkan.
2. Tingkatkan keterampilan dan pengetahuan operator melalui
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sesuai kompetensi yang dibutuhkan. Secara
rutin dilaksanakan Knowledge Sharing dan CMC.
REFERENSI
1.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1990 PASAL 6 AYAT
1, PENYELENGGARAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK HARUS MEMPERTIMBANGKAN PRINSIP –
PRINSIP EKONOMI.
2.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 10 TAHUN 1998 TENTANG
PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK.
3.
SK DIREKSI PLN No. 003.K/0594/DIR/1994 TANGGAL : 03 AGUSTUS 1994
TENTANG MANAJEMEN PEMELIHARAAN PUSAT LISTRIK – UMUM.
4.
SK DIREKSI PLN No. 061.K/0594/DIR/1994 TANGGAL : 22 AGUSTUS 1995
TENTANG MANAJEMEN PEMELIHARAAN PUSAT LISTRIK – MANAJEMEN PEMELIHARAAN PLTD.