Selasa, 03 November 2015

PLM_Keandalan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

Keandalan sebuah SPD berkat pengoptimalisasi pola operasi dan juga dukungan antara sesi pemeliharaan dan operasi.




PT PLN (PERSERO) WILAYAH NTT
AREA FLORES BAGIAN TIMUR



TELAAHAN STAF


NAMA                 : ALFODIO REYNALDO NGGOLUT
NO.TEST            : 2400004
JABATAN           : SISWA OJT


JUDUL                    : OPTIMALISASI POLA OPERASI  
                                       UNTUK MENINGKATKAN
                                 EFISIENSI PEMBANGKITAN
                               



TAHUN 2014

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL                             :   OPTIMALISASI POLA OPERASI
                                               UNTUK MENINGKATKAN
                                               EFISIENSI PEMBANGKITAN

NAMA                               :   ALFODIO REYNALDO NGGOLUT
NO.TEST                          :   2400004
JABATAN                         :   SISWA OJT






 













 

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul “OPTIMALISASI POLA OPERASI UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMBANGKITAN”.
Banyak bantuan serta bimbingan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan laporan kegiatan ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan  terima kasih kepada :
2.    Ibu Tige B. Kale, selaku Manajer PT. PLN (Persero) Area Flores Bagian Timur.
3.    Bapak Philipus Fernandes, selaku Asman Pembangkit PT. PLN (Persero) Area Flores Bagian Timur.
4.    Bapak Isakh Aliasar, sebagai Manajer Pusat Listrik Maumere dan sebagai mentor dari penulis.
5.    Bapak I Made Agus Riadi, sebagai Supervisor Harkit Pusat Listrik Maumere
6.    Bapak Halludin, sebagai Supervisor Opkit Pusat Listrik Maumere
7.    Seluruh pegawai di bagian Harkit dan Opkit, Outsourching dan rekan OJT di  PT. PLN (Persero) Pusat Listrik Maumere.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan Laporan Pelaksanaan OJT ini. Semoga Laporan Pelaksanaan OJT ini bermanfaat bagi kita semua.


Maumere,    Agustus 2014
Penulis


Alfodio R. Nggolut
 
 






DAFTAR  ISI
LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ...... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI  ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
BAB I. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
BAB II. PERMASALAHAN ............................................................................. 2
BAB III. PERSOALAN  .................................................................................... 3
BAB IV. PRA ANGGAPAN ............................................................................. 4
BAB V. FAKTA YANG MEMPENGARUHI ................................................ 5
5.1   Pengoperasian SPD ........................................................................ 5
5.2   Pola Operasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ........................... 6
5.3   Umur Mesin ................................................................................... 7
5.4   Nilai SFC ....................................................................................... 7
5.5   Peraturan Pemerintah .................................................................... 8
5.6   SK Direksi PLN ............................................................................ 8
5.7   Target Kinerja ............................................................................... 9
BAB VI.  PEMBAHASAN  ............................................................................. 10
     6.1.  Langkah – langkah peningkatan efisiensi mesin pembangkit ..... 10
                  6.2.  Keuntungan dari pembuatan dan pelaksanaan Pola Operasi
                     .  Secara konsisten ................................................................................... 13
BAB VII  KESIMPULAN ............................................................................... 15
BAB VIII  TINDAKAN YANG DISARANKAN ......................................... 16
REFERENSI
LAMPIRAN


DAFTAR  TABEL
Tabel 5.1 Trget Kinerja Pusat ListrikMaumere .................................................... 9
Tabel 6.1 Data Mesin dan Nilai SFC ................................................................... 10
Tabel 6.2 Data Mesin dan Nilai SFC berdasarkan Prioritas ................................ 11
Tabel 6.3 Tabel Pola Operasi Lama ..................................................................... 12
Tabel 6.4 Tabel Pola Operasi Baru ...................................................................... 12
Tabel 6.5 Tabel Nilai Tambah Dari Perbaikan Pola Operasi ............................... 13















DAFTAR  GRAFIK
Gambar  6.1 Grafik Beban Harian ....................................................................... 11
























ABSTRAK

Untuk mengukur mutu kinerja suatu pembangkit listrik tenaga diesel, khususnya Efisiensi pemakaian bahan bakar  digunakan parameter Specific fuel Comsumption (SFC). Biaya  operasi terbesar dari sebuah PLTD adalah penyediaan bahan bakar minyak. Melihat kondisi tersebut, sebagaimana halnya di Pusat Listrik Maumere  diperlukan suatu terobosan penghematan biaya operasi melalui suatu kajian dan analisa untuk dapat mencapai nilai ekonomis dari pemakaian bahan bakar mesin yang optimal dan efisien, salah satunya adalah dengan optimalisasi pola operasi mesin pembangkit.
Dengan perencanaan dan penerapan  pola operasi  yang mengacu pada urutan prioritas SFC masing – masing mesin pembangkit yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan serta didukung dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang berkompeten , maka efisiensi pemakaian BBM dapat tercapai.
Kata kunci : Pola Operasi, SFC, efisiensi.






 BAB I
LATAR BELAKANG

Pengoperasian pembangkit tenaga listrik yang handal dan efisien  akan menunjang pelayanan yang prima kepada semua konsumen pemakai jasa kelistrikan. Untuk menjaga   keandalan dan efisiensi suatu pembangkit maka perlu disusun suatu perencanaan sistem kelistrikan baik dari segi operasi,  pemeliharaan maupun menyiapkan mutu dan kualitas Sumber Daya Manusia yang kompeten sesuai bidangnya.
Pusat Listrik Maumere merupakan PLTD terbesar di PT. PLN (Persero) Area Flores Bagian Timur,  dengan beban  puncak sistem kurang lebih 10.480 KW dengan daya mampu pembangkit sebesar 10.950 kW terdiri dari pembangkit milik PLN 4.450 kW dan pembangkit sewa 6.500 kW. Untuk mengukur mutu kinerja suatu pembangkit listrik tenaga diesel, khususnya Efisiensi pemakaian bahan bakar  digunakan parameter Specific fuel Comsumption (SFC), Efisiensi merupakan suatu hal yang penting karena menyangkut biaya operasi. Biaya operasi terbesar dari sebuah PLTD adalah penyediaan bahan bakar minyak. Oleh karena itu untuk membantu meningkatkan efisiensi pemakaian Bahan Bakar dalam pengoperasian Sistem Pembangkit Diesel (SPD) di Pusat Listrik Maumere, penulis membuat / menyusun dan menerapkan SOP Pola Operasi mesin pembangkit yang lebih efisien sesuai urutan SFC masing – masing unit mesin pembangkit terhadap fluktuasi beban sistem di Pusat Listrik Maumere.



BAB II
PERMASALAHAN

Biaya Operasi yang terbesar dibidang pembangkitan adalah biaya pembelian bahan bakar. Kenyataan ini tidak disertai dengan SDM operator mesin pembangkit yang berkompeten dibidang tugasnya serta penerapan pola operasi mesin yang kurang tepat dan kurangnya pengawasan sehingga strategi yang telah dibuat oleh manajemen tidak dapat dilaksanakan dengan konsisten. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan suatu terobosan dalam upaya penghematan biaya dibidang pembangkitan melalui suatu kajian dan analisa untuk dapat mencapai nilai ekonomis dari pemakaian bahan bakar mesin yang optimal dan efisien.


BAB III
PERSOALAN

               Sumber Daya Manusia yang terbatas serta kurangnya pemahaman tentang Pola Operasi mesin dimana dalam melaksanakan pekerjaan pengoperasian mesin operator masih melakukan berdasarkan kebiasaan lama yang cenderung mengoprasikan mesin yang mudah dijalankan dan berdaya mampu besar namun dibebani di bawah 70 % dari daya mampu tanpa memperhatikan fluktuasi beban sistem dan nilai ekonomis. Tenaga operator mesin di PLM didominasi oleh tenaga outsourching dimana dari segi pengetahuan mengenai pengoperasian mesin masih kurang.
               Disamping itu, tingginya volume gangguan jaringan berdampak pada borosnya pemakaian BBM. Ketika penyulang trip, terjadi beban tanggung pada mesin pembangkit dibawah 70% akibat berkurangnya beban sistem. Start stop mesin menjadi berulang – ulang bila gangguan jaringan sampai menyebabkan Black Out. Oleh karenanya disamping pembenahan disisi jaringan, disisi pembangkitpun dibuat pola operasi mesin menurut skala prioritas berdasarkan SFC masing – masing mesin untuk mendapatkan pola operasi yang lebih efisiensi akibat fluktuasi beban terhadap penghematan pemakaian BBM / biaya operasi.
.


BAB IV
PRA ANGGAPAN

Penghematan biaya operasi pembangkit dalam bentuk efisiensi dan keandalan suatu pembangkit, haruslah dibuat suatu perencanaan pola operasi untuk setiap mesin pembangkit pada sebuah PLTD. Perencanaan pola operasi mesin ini berdasarkan kepada faktor daya mampu setiap SPD, jam operasi SPD,  fluktuasi beban sistem yang harus dipikul PLTD, umur mesin dan nilai ekonomis mesin (SFC).
Pada setiap PLTD yang menjadi salah satu perhatian utama adalah penurunan nilai SFC, menerapkan pola operasi yang efisien dan konsisten dengan pertimbangan beberapa faktor diatas, serta fokus pada pemecahan dan penyelesaian masalah – masalah yang terjadi, akan berdampak pada hasil kinerja yang baik sesuai yang diharapkan.




BAB V
FAKTA YANG MEMPENGARUHI

5.1. PENGOPERASIAN SPD

Mengoperasikan suatu SPD haruslah mengikuti S.O.P (Standard Operation Procedure) dari pembuatnya, agar dapat bekerja aman, efisien dan optimal sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan sesuai desain pabrik pembuat mesin tersebut.
Karena itu prinsip pengoperasian PLTD secara umum dapat dikatakan sama, yaitu mengikuti procedure / langkah – langkah yang harus dikerjakan sesuai dengan S.O.P SPD yang bersangkutan. Kalaupun terjadi perbedaan langkah kerjanya, itu hanya terletak pada sistim :
1.      Alat bantu.
2.      Urutan pelaksanaan.
3.      Parameter.
4.      Proteksi.
Perbedaan tersebut juga disesuaikan dengan jenis, dimensi dan merk serta kapasitas dari pabrik pembuat SPD tersebut.
Pengoperasian PLTD kegiatannya terdiri dari :
1.      Persiapan.
2.      Menghidupkan / start up mesin.
3.      Mempararel / membebani.
4.      Pemantauan dan Pengendalian / Monitoring.
5.      Mematikan mesin / shoot down.
Pada dasarnya motor diesel mampu beroperasi di semua kondisi beban pada periode tertentu, baik itu pada kondisi overload maupun pada kondisi kerjanya. Pada kondisi overload dapat mengakibatkan overheating yang dapat membuat engine mengalami kerusakan (Calder,Nigel 1992). Pada kondisi ini dapat mengakibatkan berkurangnya Time Between Overhoul (TBO) atau dapat mengurangi life time dari motor diesel, sehingga kondisi overload sebisa mungkin dihindari dalam pengoperasian motor diesel. Untuk dapat memperpanjang lama pemakaian dari motor diesel maka pengoperasiannya dilakukan pada continuous power-nya. Continuous power merupakan kemampuan engine untuk mampu memenuhi daya yang dibutuhkan secara konstan.  Pada kondisi ini tidak terjadi adanya overheating sehingga komponen-komponen motor diesel dapat bertahan lebih lama. Sehingga waktu interval motor diesel untuk overhoul bisa lebih lama. Namun sebaliknya jika pengoperasiannya tidak dilakukan pada continuous power-nya akan menyebabkan terjadi overheating sehingga komponen-komponen motor diesel tadak dapat bertahan lebih lama. Overheating ini sering terjadi karena pola operasi yang tidak dijalankan secara konsisten sehingga suatu mesin beroperasi melebihi batas jam kerjanya.

5.2  Pola Operasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

            Performance Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dipengaruhi faktor pengoperasian Satuan Pembangkit Diesel (SPD). Untuk dapat mempertahankan/meningkatkan performance PLTD maka dalam pengoperasian PLTD harus menerapkan Sistem Informasi Operasional PLTD yang mempergunakan sub sistem feedback yaitu Pola Operasi PLTD. Pola Operasi PLTD merupakan susunan Satuan Pembangkit Diesel (SPD) untuk memikul beban dasar (base load) dan beban puncak (peak load) berdasarkan tingkat effisiensi dan keandalan SPD. Dalam penyusunan Pola Operasi PLTD diperlukan analisa data-data, informasi dan pengetahuan baik interen maupun eksteren dan manajemen pengetahuan untuk memprediksi pencapaian kinerja/performance PLTD (output), jadi Pola Operasi PLTD merupakan alat controlling untuk mempertahankan/memperbaiki output yaitu performansi PLTD. Data-data, informasi dan pengetahuan operasi, pemeliharaan dan administrasi baik internal maupun eksternal bulan bersangkutan merupakan dasar analisis penyusunan Pola Operasi bulan berikutnya. Tujuan penerapan Pola Operasi PLTD adalah :
1.      Dapat mempertahankan Performance/kinerja PLTD
2.      Pemeliharaan perediktif SPD dapat dilaksanakan lebih optimal.
3.      Jam operasi SPD dapat direncanakan, sehingga pemeliharaan periodik dapat dilaksanakan tepat waktu.
      Namun jika pola operasi mesin yang tidak dilaksanakan dengan konsisten akan berdampak buruk terhadap mesin itu sendiri, karena seringnya mesin beroperasi melebihi batas jam kerjanya dan akan menyebabkan terjadinya overheating menyebabkan komponen – komponen mesin menjadi tidak tahan lama, demikian juga jika pola operasi mesin yang tidak dilaksanakan dengan konsisten maka jadwal pemeliharaan periodik tidak akan dapat  dilaksankan tepat waktu sehingga ini akan berdampak pada performa mesin itu sendiri, hal ini yang akan berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan pada mesin diesel.

5.3  Umur Mesin
     
      Masa operasi mesin diesel terbatas, karena bila telah berakhir umur ekonomisnya suatu engine, biasanya mudah rusak dan rentan terjadi  gangguan. Mesin yang sudah tua, suku cadang material dipasaran sulit didapat dan sudah jarang untuk mendapatkan mateial yang asli, sebagian menggunakan material rekondisi sehingga hasil yang didapat tidak optimal kondisi ini juga akan berpengaruh pada jam operasi mesin.

5.4  Nilai SFC

      Rata – rata mesin yang sudah tua tahun pembuatan dibawah 2000,  spesifikasinya mesin pada waktu dibuat tidak  mengedepankan nilai ekonomis dari pemakaian bahan bakar namun lebih kepada keadalan dari mesin itu sendiri. Seiring dengan semakin berkurangnya persedian HSD yang merupakan sumber daya alam tak terbarukan dan tuntutan penghematan penggunaan bahan bakar maka mesin yang dibuat diatas tahun 2000 spesifikasi yang dibuat mempertimbangkan semua aspek baik keandalan, ekonomis, kenyamanan, operasi yang dilengkapi dengan proteksi.




5.5  PERATURAN PEMERINTAH

Sesuai  dengan  Pasal  25  ayat  3  Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia Nomor  10  Tahun  1989,  tentang   penyediaan  dan  pemanfaatan  Tenaga  Listrik,  yang menyatakan  bahwa  sebagai  pemegang  Kuasa  Usaha  Ketenaga Listrikan  maka  PLN  diwajibkan  untuk :
a.  Memberikan  pelayanan  yang  baik
b. Menyediakan  Tenaga  Listrik  secara  terus  menerus  dengan  mutu  dan     keandalan  yang  baik.
c. Memberikan  perbaikan  apabila  terjadi  gangguan  pada  penyaluran  tenaga  listrik.
d. Bertanggung  jawab  atas  segala  kerugian  atau  bahaya  terhadap   nyawa, kesehatan  dan  barang  yang  timbul  karena  kelalaiannya.
Disamping itu,  sesuai  dengan  pasal  6  ayat  1  Peraturan  Pemerintah  Republik Indonesia  Nomor  7  Tahun  1990  ditegaskan  pula  bahwa  penyelenggaraan penyediaan  tenaga  listrik  tersebut,  PT. PLN  (Persero)  harus  mempertimbangkan  prinsip - prinsip  ekonomi. Untuk  memenuhi  kewajiaban  diatas,  maka  diharuskan  melaksankan pemeliharaan  terhadap  unit  pembangkit  dan  saran  penunjangnya  dengan  baik  dan  benar.

5.6         SK DIREKSI PLN
a.       No. 003.K/0594/DIR/1994 tanggal : 03 Agustus 1994 tentang Manajemen Pemeliharaan Pusat Listrik.
b.      No. 061.K/0594/DIR/1994 tanggal : 22 Agustus 1995 tentang Manajemen Pemeliharaan Pusat Listrik.


5.7         TARGET KINERJA
Adapun Target kinerja yang menjadi tanggung jawab Pusat Listrik Maumere untuk periode tahun 2014 yang harus dicapai adalah sebagaimana tabel 5.1 dibawah ini.
No
U r a i a n
Sat
Target 2014
Keterangan
1
Pemakaian BBM
Ltr/klcal
12.140.580.00

2
Tara Kalor
%
2451,88

3
EAF
Ltr
96,27

4
Fuel Mix
%
100

5
Kapasitas Maksimal
MW
6.3

Tabel 5.1 Tagert kinerja Pusat Listrik Maumere


BAB VI
 PEMBAHASAN

6.1  Langkah – Langkah Peningkatan Efisiensi Mesin Pembangkit
6.1.1. Perencanaan Pola Operasi
      1.  Uji petik nilai SFC
            Uji petik nilai SFC dilakukan pada masing – masing mesin dengan beban 79 – 80 %  dari daya mampu mesin.
      2.  Menyusun urutan prioritas SFC
Pada tabel 6.1 di bawah menunjukkan data mesin dan nilai SFC Pusat Listrik Maumere yang diambil pada bulan  Juni 2014, dari data tersebut dapat memberikan informasi mengenai daya terpasang, daya mampu dan nilai SFC yang dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan Pola Operasi mesin, agar lebih mudah untuk menyusun Pola Operasi, maka di buat tabel 6.2 urutan mesin berdasarkan prioritas SFC, dari nilai SFC yang terendah sampai yang tertinggi.
Tabel 6.1  Data Mesin dan Nilai SFC di PLM
Sumber : Laporan Mutu, Keandalan, Serta Efisiensi Pembangkit Juni 2014
Tabel 6.2  Data Mesin dan Nilai SFC berdasarkan prioritas SFC
  Sumber : Data Uji Petik SFC tiap mesin
3. Data Grafik Beban Harian
            Data grafik beban harian dan bulanan, beban puncak  yang paling tinggi siang dan malam dipakai sebagai patokan dalam pembuatan pola operasi dari jam 00.00 sampai dengan jam 24.00, tentukan mesin yang memikul beban dasar dan mesin jadi tambahan, disesuaikan dengan mengikuti kebutuhan beban sistem. Pengaturan sesuai dengan urutan nilai ekonomis dan  daya mampu beban harus dipikul tiap mesin yang dikaitkan dengan beban sistem tujuannya agar mendapatkan operasi yang paling ekonomis, juga memudahkan menentukan mesin yang pantas dan yang tidak perlu beroperasi.






Gambar 6.1 Grafik Beban Harian
4.      Perbandingan Pola Operasi Sebelum Dan Sesudah
Tabel : 6.3 Pola Operasi Lama

Tabel : 6.4 Pola Operasi Baru
6.2   Keuntungan Dari Pembuatan Dan Pelaksanaan Pola Operasi Secara konsisten.
      Dari tabel Pola Operasi tabel 6.3 dan 6.4 diatas dapat diambil sebuah perbandingan keuntungan dengan pembuatan  Pola Operasi yang baik dan dijalankan secara konsisten, dengan perhitungan penghematan pemakaian BBM sebagai berikut :
Tabel 6.5 Nilai tambah dari perbaikan Pola Operasi
Dari tabel 6.5 diatas penghematan pemakaian BBM dengan Optimalisasi Pola Operasi di peroleh sebesar 375,8 liter perhari. Dengan asumsi harga BBM perliter Rp. 10.000 maka didapati penghematan perhari = 375,8 ltr  X  Rp. 10.000 = Rp.3.758.000
6.3 Peningkatan Sumber Daya Manusia
            Untuk mendapatkan  efisiensi dan keandalan suatu pembangkit, tidak dapat dicapai hanya dengan  perbaikan sistem perencanaan disisi operasi maupun sisi pemeliharaan, namun yang tidak kalah pentingnya adalah peran operator/pelaksana lapangan dalam hal ini adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten serta konsisten dalam melaksanakan pekerjaan kesehariannya. Oleh karena itu perlu diambil langkah – langkah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan Operator melalui Pendidikan dan Pelatihan yang memadai, demikian pula perlu ditingkatkan pelaksanaan Coaching  dan mentoring antara operator dengan Supervisor Operasi tentang pengoprasian mesin PLTD. Dengan langkah – langkah tersebut diharapkan kompetensi operator meningkat dan penerapan pola operasi dapat terlaksana sesuai dengan harapan serta efisiensi dan keandalan pembangkit tercapai.

















BAB VII
KESIMPULAN

  1. Penyusunan Pola Operasi dengan prioritas urutan nilai Spesific Fuel Consumption (SFC) tiap mesin dapat menekan  pemakaian bahan bakar minyak.
  2.  Tingkat keterampilan dan pengetahuan operator terbatas, dan masih jauh dari kompetensi yang diharapkan, dimana sebagian besar operator masih bekerja berdasarkan kebiasaaan dan cenderung mengabaikan SOP.














BAB VIII
TINDAKAN YANG DISARANKAN

1.      Laksanakan Pola Operasi mesin pembangkit dengan konsisten dan berkesinambungan untuk pencapaian efisiensi pemakaian BBM sesuai yang diharapkan.
2.      Tingkatkan  keterampilan dan pengetahuan operator melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sesuai kompetensi yang dibutuhkan. Secara rutin dilaksanakan Knowledge Sharing dan CMC.















REFERENSI

1.             PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1990 PASAL 6 AYAT 1, PENYELENGGARAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK HARUS MEMPERTIMBANGKAN PRINSIP – PRINSIP EKONOMI.
2.             PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 10 TAHUN 1998 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK.
3.             SK DIREKSI PLN No. 003.K/0594/DIR/1994 TANGGAL : 03 AGUSTUS 1994 TENTANG MANAJEMEN PEMELIHARAAN PUSAT LISTRIK – UMUM.
4.             SK DIREKSI PLN No. 061.K/0594/DIR/1994 TANGGAL : 22 AGUSTUS 1995 TENTANG MANAJEMEN PEMELIHARAAN PUSAT LISTRIK – MANAJEMEN PEMELIHARAAN PLTD.